Cerpen suka-suka saya

KELUARGA SEMUT

KELUARGA SEMUT

bugs semut

Di dalam gudang di sebuah rumah, ada banyak sekali tumpukan kardus – kardus yang berisi barang – barang yang tidak terpakai. Sebagian besar kardus – kardus itu diisi oleh buku – buku bekas. Berbagai jenis semut mendiami kardus – kardus tersebut. Mereka tinggal di sela – sela tumpukan buku – buku bekas di dalam kardus. Semut – semut itu juga bertelur di antara tumpukan kardus yang satu dengan kardus yang lain.

Ada berbagai macam semut yang tinggal nyaman di tempat itu. Semut Rang – Rang tinggal nyaman di sela – sela kardus. Semut Hitam menetap di sela – sela tumpukan buku. Semut terkecil yaitu Semut Pudak tinggal bersebelahan dengan Semut Hitam. Semut – semut itu saling bersatu dan bekerja sama di segala hal termasuk dalam hal mencari makan. Mereka tidak pernah berebut mencari makan karena mereka telah menetapkan jenis makan untuk tiap jenis semut.

Makanan bagi Semut Rang – Rang yaitu minuman manis di dalam gelas yang biasanya tergeletak di meja dan tidak ditutupi. Makanan bagi Semut Hitam yaitu kue – kue manis yang tidak diletakkan di dalam wadah yang tertutup. Dan, makanan bagi Semut Pudak yaitu tumpahan gula pasir. Kadang – kadang, Semut Pudak berbagi makanan dengan Semut Hitam. Adanya pembagian makanan itu membuat para semut tidak berebut makanan.

Pembagian makanan itu didasarkan atas kemampuan yang dimiliki para semut. Semut Rang – Rang mendapat jatah makanan berupa minuman manis karena jenis semut ini bisa berenang di permukaan air. Semut Rang – Rang bisa berenang karena mereka memiliki tubuh yang besar dan kaki – kaki yang panjang. Apabila mereka tercebur ke dalam minuman manis maka mereka bisa menyelamatkan diri. Berhubung Semut Hitam dan Semut Pudak tidak bisa berenang, maka mereka mendapat jatah jenis makanan padat.

“Bu, aku lapar sekali. Sudah dua hari, aku tidak makan.” Semut Pudak Kecil mengeluh kepada ibunya. Ia meringkuk di sela – sela tumpukan buku.

“Sabar, Nak. Beberapa hari ini, manusia di dalam rumah ini sangat menjaga kebersihan. Tidak ada ceceran makanan dan minuman di ruang makan, ruang tamu, dapur dan ruang keluarga.” Bu Semut Pudak membelai – belai anaknya dengan dua antena kecil yang tumbuh di kepalanya.

“Bu, ayolah cari makanan! Aku lapar sekali! Memangnya, ibu tega jika aku mati kelaparan!” Semut Pudak Kecil memaksa ibunya untuk mencari makanan. “Jangan berkata kasar kepada ibu seperti itu!” Tiba – tiba Pak Semut Pudak muncul di hadapan anak dan istrinya.

“Pak! Aku lapar!” Si Semut Pudak Kecil protes kepada ayahnya. “Sabar! Kita semua juga lapar!” sahut Pak Semut Pudak dengan tegas dan keras.

Akhir – akhir ini, manusia di dalam rumah memang sangat berhati – hati dalam menyimpan makanan. Mereka tidak mau makanan enak milik mereka dikerubuti semut. Sebagian besar manusia akan merasa jijik jika ada semut di dalam makanan dan minuman. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai cara untuk melindungi makanan dan minuman. Hal ini membuat semut – semut di dalam rumah menjadi kelaparan.

“Kita curi saja makanan di atas meja makan. Biasanya, di sana ada banyak makanan!” Semut Pudak Kecil terus mendesak ayah dan ibunya. “Kau tidak tahu, kan? Kemarin, manusia memasang kapur semut di sekeliling meja. Kalau kita memaksakan diri mengambil makanan di atas meja, maka kita bisa mati!” kata Pak Semut Pudak.

Si Kecil Semut Pudak pun hanya bisa terdiam tatkala ia mendengar penjelasan ayahnya. Ia duduk meringkuk sambil memegangi perut kecilnya. Ketika keluarga Semut Pudak dilanda kelaparan, tiba – tiba mereka mendengar suara Ketua Semut Rang – Rang dari kejauhan.

“Warga semut semua. Di ruang keluarga ada setengah susu di dalam gelas dan beberapa kue lapis di atas piring. Kita harus segera ke sana sebelum makanan itu diamankan oleh manusia!” Suara Ketua Semut Rang – Rang terdengar jelas. Semut besar itu berhasil menemukan makanan sehingga ia membagikan informasi itu kepada para semut – semut yang bersembunyi di dalam gudang.

Warga semut yang semula tidak punya harapan untuk mendapatkan makanan, tiba – tiba mereka segera keluar dari sarang secara bersamaan. Semut – semut itu berbaris rapi menuju ke sumber makanan. Ketua Semut Rang – Rang berada paling depan. Puluhan semut Rang – Rang berjalan rapi di belakang ketua mereka. Pasukan Semut Hitam berada di belakang barisan Semut Rang – Rang dan gerombolan Semut Pudak berada di belakang pasukan Semut Hitam.

Beberapa puluh menit kemudian, barisan semut telah sampai di ruang keluarga. Ada segelas susu dan kue lapis di atas meja di depan televisi. Penghuni rumah lupa mengamankan makanan sehingga pasukan semut siap menyerbu makanan dengan leluasa karena para manusia penghuni rumah sedang melakukan aktivitas di luar rumah.

“Nak, ingat! Jatah makanan kita adalah kue lapis. Kamu jangan naik ke gelas itu, ya!” pesan Bu Semut Pudak sambil berjalan ke bagian tepi kue lapis. “Iya, Bu!” seru Semut Pudak Kecil. Semut kecil itu bergegas menggigiti kue lapis.

Siang itu, para semut sangat bahagia karena mereka mendapatkan makanan lezat. Rencananya, mereka juga akan membawa beberapa potongan kecil – kecil kue lapis untuk dibawa ke tempat persembunyian. Ketika semut – semut sedang berpesta pora di atas meja, tiba – tiba Si Semut Pudak Kecil memiliki keinginan untuk mencicipi air teh di dalam gelas. Dari kejauhan, air teh manis itu sangat menyegarkan. Semakin lama, Semut Pudak Kecil tidak bisa menahan keinginannya. Ia segera merambat ke gelas.

“Ah! Segar dan enak sekali!” seru Semut Pudak Kecil ketika lidahnya berhasil menjangkau air teh manis. Semakin lama, Semut Pudak Kecil memajukan kaki – kaki kecilnya ke arah genangan air teh di dalam gelas.  Ia berdesak – desakan dengan kerumunan pasukan Semut Rang – Rang. Semut Pudak Kecil terus merangsek ke dekat genangan air teh. Ia merekatkan kaki – kakinya ke permukaan gelas yang kering dan tidak digenangi air teh. Lidah dan bibir Semut Pudak Kecil mencicipi air teh dengan rakus saat ia berada tepat di dekat sumber makanan yang enak itu. Akan tetapi saat ia sedang asik menikmati air teh manis,  tiba – tiba ia terpeleset dan jatuh tenggelam ke dalam air teh manis.

“Tolong! Tolong! Tolong!” Semut Pudak Kecil menggerakkan seluruh kakinya. Ia berusaha minta tolong. “Kenapa Semut Pudak ada di sini!? Bukankah jatah makanannya adalah kue lapis!” Salah satu anggota Semut Rang – Rang berteriak kaget ketika ia melihat Semut Pudak Kecil yang timbul dan tenggelam di permukaan air teh manis.

“Cepat tolong semut kecil itu! Ia akan mati jika tidak segera ditolong” Seru semua Semut Rang – Rang yang berada di dalam gelas. Salah satu Semut Rang – Rang yang berbadan besar segera berenang ke arah Semut Pudak. Ia menolong dan menyelamatkan semut kecil itu. Setelah semut kecil berhasil diselamatkan, Semut Rang – Rang berbadan besar segera mengantar Semut Pudak Kecil kepada ibunya. Bu Semut Pudak masih berdiri di dekat kue lapis. Beliau dilanda kebingungan karena Semut Pudak Kecil hilang dari sisinya.

“Terimakasih, Pak Rang – Rang. Maafkan anak Saya. Dia telah merepotkan Pak Rang – Rang.” kata Bu Semut Pudak kepada Semut Rang – Rang berbadan besar. Bu Semut Pudak merasa lega karena anaknya telah diselamatkan oleh Pak Semut Rang – Rang.

“Iya. Sama – sama Bu Semut Pudak. Besok lagi, jaga anak Ibu agar ia tidak pergi ke sumber makanan yang terbuat dari air.” Pak Semut Rang – Rang berpesan.

“Iya, Pak Rang – Rang. Maafkan keteledoran Saya dalam menjaga anak Saya.” Bu Semut Pudak tampak sedih dan menyesal. Bu Semut Pudak mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada Pak Semut Rang – Rang sebelum Pak Semut Rang – Rang pergi.

“Ibu sudah bilang sama kamu, kan? Jangan pergi ke gelas berisi air teh manis itu! Kamu ini bandel sekali! Untung saja kamu selamat dan tidak mati tenggelam!” Bu Semut Pudak memarahi anaknya setelah Pak Semut Rang – Rang pergi.

“Maafkan aku ibu. Mulai sekarang, aku akan mematuhi semua larangan ibu.” kata Semut Pudak Kecil sambil mengigil kedinginan. Wajah Semut Pudak Kecil terlihat menyesal karena ia telah melanggar pesan ibu. Akhirnya, Semut Pudak Kecil dan Bu Semut Pudak pulang ke rumah terlebih dahulu karena Bu Semut Pudak akan mengobati anaknya yang baru saja tenggelam.

oOo

Tinggalkan komentar